Tentang Rumah, Cinta, dan Hak untuk Bahagia
Kadang aku menulis hanya untuk memastikan perasaanku benar-benar ada.
Kadang aku menulis supaya aku ingat: aku juga pantas bahagia.
Mama,
Sejak kecil aku belajar bahwa rumah tidak selalu berarti tempat paling aman.
Aku belajar membaca ekspresi Papa lebih cepat daripada membaca buku cerita,
belajar menahan napas saat suasana mulai menegang,
dan belajar menutupi rasa takut dengan senyum tipis.
Aku ingat Mama yang selalu bangun lebih pagi dari semua orang,
berangkat kerja lebih awal,
dan pulang dengan mata lelah yang tetap mencari-cari kami, anak-anakmu.
Aku melihat punggung Mama yang tak pernah benar-benar bisa beristirahat.
Aku mengingat bagaimana Mama menanggung segalanya sendirian,
karena di rumah ini, cinta sering kali berarti diam,
dan kesabaran perempuan dianggap kewajiban.
Mama,
aku juga ingin dicintai.
Tapi bukan cinta yang mengharuskanku menahan tangis sendirian,
atau cinta yang membuatku meragukan diriku sendiri.
Aku ingin cinta yang sederhana
yang membiarkan aku berbicara tanpa takut dihakimi,
yang membuatku percaya aku cukup,
bahwa aku tak perlu berubah hanya untuk diterima.
Aku ingin cinta yang tidak seperti cinta Mama dan Papa.
Bukan cinta yang selalu menuntut,
bukan cinta yang menuntun kita berjalan di atas pecahan,
bukan cinta yang membuat kita lupa siapa diri kita.
Aku ingin cinta yang menenangkan,
yang memberi ruang untuk pulang,
yang menumbuhkan keberanian untuk tetap menjadi diri sendiri.
Mama,
aku tahu kau perempuan terkuat yang pernah kutemui.
Kau membesarkan kami dengan cinta yang diam,
cinta yang tak selalu sempat kau tunjukkan dengan pelukan.
Tapi aku ingin belajar cara baru
cara mencintai yang tak menambah beban pada hati,
cara mencintai yang tak membuat siapa pun merasa sendiri.
Bolehkah aku, Mama?
Bolehkah aku bermimpi tentang cinta yang tidak seperti dulu?
Cinta yang tidak mengulang cerita kita.
Cinta yang tidak mewariskan luka yang sama.
Aku menulis ini untuk mengingatkan diriku sendiri:
bahwa aku tidak harus mengulang lingkaran yang sama.
Bahwa aku berhak dicintai dengan lembut, dan aku berhak mencintai tanpa kehilangan diriku sendiri.
Dan untuk siapa pun yang membaca ini,
jangan pernah lupa:
kita semua layak untuk cinta yang tenang.
Komentar
Posting Komentar