Cravings, Crying, and K-Dramas: Parade Bulanan Kekacauan Tubuhku
By: Me, lagi berjuang… dan mempertahankan kulit ayam goreng terakhir 🍗
Ever wondered why PMS feels like a cosmic joke?
Apa PMS itu sekadar “kesalahan sistem” dalam tubuh perempuan, atau cara semesta ngajarin kita ngerasain semuanya secara high definition?
✦ The Night of Chaos
Malam itu, aku berubah jadi sosok lain.
Seseorang yang lapar, emosional, rajin maraton drama, dan punya misi makan besar. Aku order GrabFood sampe driver mikir aku lagi bikin pesta. Padahal, itu cuma aku… hormonku… dan hasrat misterius untuk makan tteokbokki, Thai tea, sama mie ayam sekaligus.
Keluarga? Mereka tau banget.
Bisik-bisik mulai terdengar:
“Pasti mau dapet tuh…”
Dan memang benar.
Karena menjelang menstruasi, aku bukan cuma merasa—aku menjadi PMS itu sendiri.
Aku bisa nangis nonton reels lucu.
Teriak ke sendok yang jatuh.
Romantisasi kesedihan sendiri kayak video klip slow motion.
✦ The PMS Snap
Puncaknya?. Aku lagi emosi entah dari mana, rasanya kayak harus ambil keputusan besar biar lega. Aku pun cut off gebetan langsung blokir, hapus chat, dan bilang ke diri sendiri “I deserve better!”
Waktu itu terasa benar.
Aku merasa powerful.
Dan yes, itu PMS.
✦ The Aftermath
Seminggu kemudian hormon reda, aku baca ulang chat terakhir kami… dan cuma bisa mikir:
“Astaga, kemarin itu apa?”
Rasanya campur aduk: pengen ketawa, pengen nangis lagi, pengen time travel.
✦ The Science: It’s Not Just Drama
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, 85% perempuan mengalami gejala PMS mulai dari mood swing, marah tiba-tiba, sampai cravings gila. Ini karena naik-turunnya hormon estrogen dan progesteron yang ngaruh ke serotonin, hormon pengatur mood (ACOG, 2022).
So no, it’s not “overreacting.” It’s real biology.
Tapi ini juga latihan besar dalam self-talk.
✦ Self-Talk Matters
Apa yang aku pelajari? PMS itu ujian besar untuk ngobrol sama diri sendiri.
Di tengah spiral emosi, gampang banget percaya kalau semua yang kita rasain itu beneran nyata dan harus langsung ditindak.
Padahal, “This too shall pass.”
Aku coba bilang ke diri sendiri:
“Perasaan ini bakal reda. Aku bukan hormonku. Aku bisa ambil napas dulu.”
Tentu saja, kadang masih aja kebablasan ngeblokir orang jam 2 pagi. But I’m trying.
✦ Proof of Life
Karena di balik semua ini, PMS bukan kelemahan. Ini bukti.
Bukti kalau tubuhku hidup, kalau aku peka, kalau aku masih bisa nangis, craving sambal jam 2 pagi, dan tetap slay.
So if you see me crying over a fictional breakup while dipping fries into ice cream, mind your business. Or better yet, join me.
Komentar
Posting Komentar