Pisau Bermata Dua
Sebuah Perenungan Tentang Aku dan Papa Aku dan Papa adalah dua batu yang tak pernah benar-benar bertemu, tapi saling membentuk bentang alam yang sama. Ia tidak pernah mengajarkanku cara mencintai secara lembut, tapi ia menunjukkan bagaimana berpikir dengan kepala dingin di tengah dunia yang gaduh. Dan sejak kecil, aku belajar mencintai bukan dengan pelukan, tapi dengan debat. Papa adalah mantan aktivis. Di masa kanakku, ia adalah suara yang keras di dalam rumah yang sepi. Ia tidak pernah bertanya padaku, “Apa kabar hari ini?” tapi ia akan dengan serius mengajakku mendiskusikan politik luar negeri, sistem ketimpangan kelas, dan mengapa revolusi tak boleh setengah hati. Ia tidak menuntunku ke dapur untuk mengajari cara membuat teh manis, tapi ia duduk di sampingku, mengajarkan bagaimana berpikir radikal. Dan begitulah aku tumbuh. Bukan sebagai anak perempuan manis yang mengenakan pita dan bermain boneka, tapi sebagai versi kecil dari seorang pria yang lebih banyak bicara tentang ide dari...