"Dari Catokan ke Politik: Gimana Si Centil Bisa Juga Melek Kebijakan!"
Kenapa Kita, Anak Muda yang Girly, Harus Melek Politik?
Lee Kuan Yew pernah bilang, “They (youth) will get interested in politics the moment it hurts them.” Mungkin sekarang banyak dari kita yang mulai merasa pernyataan itu benar, karena kebijakan politik yang diambil pemerintah memang sudah mulai “nyakitin” kita, generasi muda. Mulai dari biaya kuliah yang makin mahal, kesempatan kerja yang semakin sulit, sampai hak-hak kita sebagai perempuan yang seakan terabaikan. Kalau politik nggak bikin kita peduli sekarang, ya jelas kita yang paling ngerasain dampaknya ke depan. Tapi, ada satu hal yang perlu kita kritik: Kenapa, sih, anak muda—terutama yang girly-girly—masih diabaikan dalam percakapan politik?
Politik itu Bukan Cuma Buat Orang Dewasa
Pernah nggak sih, kita mikir kalau politik itu urusannya orang tua dan mereka yang punya jabatan tinggi doang? Padahal, kebijakan yang diambil pemerintah, dari yang sepele sampai yang krusial, semua berhubungan langsung dengan hidup kita. Misalnya, kebijakan yang bikin biaya pendidikan melonjak, atau masalah kesehatan yang semakin mahal. Semua itu kan bakal ngaruh ke kita, anak muda. Kenapa sih, kebijakan yang seharusnya juga berpihak pada anak muda, malah sering diabaikan?
Nah, di sinilah kita harus kritik. Sebagai generasi yang penuh potensi, kita seharusnya nggak cuma jadi penonton. Politik itu nggak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, walaupun kadang kita terlalu sibuk dengan urusan sehari-hari, seperti catokan, makeupan, atau skincaran. Tapi kenapa masih banyak kebijakan yang bikin kita merasa gak punya kontrol atas masa depan? Politik seharusnya mewakili kepentingan kita juga, bukan cuma mereka yang duduk di kursi pemerintahan atau orang-orang tua dengan agenda mereka.
Hak-Hak Perempuan dan Kesetaraan Itu Juga Masalah Politik
Sebagai perempuan muda, kita pasti sadar betul bahwa politik berpengaruh besar pada hak-hak kita. Dari pendidikan, kesempatan kerja, sampai perawatan kesehatan, semuanya ada kaitannya dengan kebijakan politik yang diambil. Misalnya, kebijakan soal perlindungan perempuan, hak cuti melahirkan, atau kesetaraan gender di tempat kerja. Tapi, seringkali kebijakan tersebut terlupakan atau dianggap remeh. Apakah karena kita dianggap nggak cukup "penting" buat diperjuangkan? Ini yang perlu kita kritik.
Saat perempuan muda seperti kita mulai merasa terpinggirkan dalam percakapan politik, atau saat hak kita terabaikan oleh kebijakan yang ada, itu saatnya kita bertanya: Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa suara kita nggak didengar? Jangan sampai kita cuma jadi penonton di dunia yang diatur oleh kebijakan yang nggak pernah berpihak pada kita.
FOMO yang Lebih Penting dari Sekadar Trend
FOMO (Fear of Missing Out) itu sering kita rasakan kalau ketinggalan tren terbaru, kan? Tapi, pernah nggak merasa FOMO karena ketinggalan informasi politik yang seharusnya kita tahu? Kebijakan yang diambil hari ini bisa mempengaruhi kehidupan kita di masa depan, misalnya tentang pendidikan, pekerjaan, atau hak-hak perempuan. So, daripada cuma FOMO soal tren makeup atau TikTok dance, kenapa nggak juga FOMO soal kebijakan-kebijakan yang lagi diperjuangkan di parlemen? Kalau kita terus-terusan nggak peduli, kita akan ketinggalan momen penting yang bisa nentuin masa depan kita.
Tapi yang jadi masalah adalah kenapa banyak dari kita yang nggak merasa cukup penting untuk ikut terlibat dalam politik? Kenapa banyak yang merasa kalau ini cuma urusan orang tua atau partai besar? Politik yang harusnya menyentuh kehidupan kita malah sering jadi topik yang asing dan jauh dari kita. Padahal, kalau kita nggak peduli, kebijakan yang bakal kita hadapi di masa depan bisa jadi nggak sesuai dengan harapan kita.
Politik Itu Bisa Dibahas di Mana Saja, Bahkan Sambil Catokan atau Makeupan
Ini kritik lain yang perlu kita soroti. Kenapa diskusi politik sering kali disorot sebagai sesuatu yang "serius" dan "membosankan"? Kenapa kita, anak muda yang suka gaya dan punya banyak hal seru untuk dibahas—mulai dari catokan, makeupan, skincaran, sampai fangirling—harus menunggu waktu yang tepat untuk ngomongin politik? Kenapa nggak bisa, sih, kita ngomongin kebijakan pemerintah yang berdampak langsung ke kita, sambil tetep asik dan santai?
Kenapa nggak bisa kita sambil catokan, makeupan, atau joget TikTok, sambil ngebahas kebijakan tentang pendidikan atau hak perempuan yang penting banget? Kenapa percakapan politik sering kali dibatasi dalam ruang yang terpisah, padahal itu bagian dari kehidupan kita sehari-hari? Kenapa kita nggak bisa ikut berbicara tentang hal-hal yang penting, sambil tetap menjaga identitas kita yang "girly" dan penuh warna?
Kritik terhadap Politik yang Terlalu Jauh dari Kehidupan Sehari-Hari
Ada satu hal lagi yang perlu kita kritik. Kenapa politik terasa begitu jauh dari kehidupan sehari-hari kita? Kita sebagai anak muda sering merasa nggak terhubung dengan apa yang diputuskan oleh pemerintah. Kebijakan yang ada seakan nggak pernah ngedengerin suara kita. Seharusnya, politik itu bisa jadi alat untuk memperbaiki kehidupan kita, bukan sebaliknya. Tapi yang sering terjadi, kebijakan yang dibuat malah makin sulit dijangkau dan nggak memberi ruang buat kita terlibat.
Politik nggak harus jadi sesuatu yang berat atau bikin kita merasa terasing. Kita harus bisa terlibat tanpa harus kehilangan siapa diri kita, tanpa harus merasa jauh dari realitas sehari-hari kita. Misalnya, kenapa nggak bisa kita melek politik sambil tetap santai, sambil skincaran atau makeupan? Kita harus bisa berbicara tentang kebijakan yang mempengaruhi kita—dan itu bisa dimulai dari hal-hal kecil yang kita lakukan sehari-hari.
Masa Depan Kita Tergantung Pada Politik yang Ada Sekarang
Pada akhirnya, politik itu penting buat kita karena masa depan kita ada di tangan kebijakan yang sekarang sedang dijalankan. Kalau kita nggak mulai peduli, siapa yang bakal memperjuangkan kepentingan kita? Siapa yang bakal memastikan hak-hak kita sebagai perempuan tetap dijaga? Siapa yang bakal memastikan kita punya akses ke pendidikan yang baik dan pekerjaan yang layak? Jangan sampai kita cuma jadi penonton yang ikut di belakang layar. Kita harus jadi bagian dari percakapan ini.
Jadi, mari kita kritisi kebijakan yang ada, dan mari kita pastikan bahwa politik bukan hanya tentang mereka yang di atas sana, tapi juga tentang kita, generasi muda yang penuh potensi. Kita nggak bisa lagi diam dan merasa nggak peduli. Politik itu ngaruh ke kita, dan kita harus mulai melek politik.
Komentar
Posting Komentar